Blogroll

| Gabung dalam Komunitas Kami :  

Jam

Arsip Blog

About

Senin, 14 Maret 2011

HOMOSEKSUALITAS

JELI TERHADAP TANDA-TANDA AWAL

Apakah homoseksualitas itu?
Adalah bila seseorang memilih sesama jenis sebagai pasangan
seksualnya.
Apa penyebab
homoseksualitas?
Sampai sekarang belum ada
kesepakatan yang mutlak mengenai
penyebab homoseksual. Ada yang
mengatakan karena bawanan anak sejak
lahir, ada yang mengatakan karena
diturunkan oleh orang tuanya, dan ada
juga yang mengatakan homoseksual
berhubungan dengan ketidakseimbangan
hormon. Penelitian juga
belum dapat menemukan dengan pasti
pada usia berapa kecenderungan
homoseksualitas mulai berkembangan
dalam diri seseorang.
Bagaiamana orang tua menangkap tanda-tanda
homoseksualitas?
Memperhatikan tanda-tanda dari penampilan anak. Kalau anak laki-laki
gemar berpakaian atau menggunakan aksesori yang feminin, berarti
ada kecenderungan ia kewanita-wanitaan. Barangkali ia lebih banyak
berperilaku selayaknya sebagai perempuan dari pada sebagai laki-laki.
Kecurigaan orang tua juga bisa berdasarkan tanda lain, seperti sikap tubuh, gerakan tangan yang terlalu lembut untuk anak laki-laki. Tetapi
tanda ini tidak begitu jelas. Namun jika anak laki-laki senang
berpakaian perempuan, maka itu merupakan tanda yang cukup jelas
bahwa anak mereka sedang dalam proses awal homoseksualitas.
Bagaimana homoseksualitas pada perempuan?
Tanda-tanda homoseksualitas pada perempuan, atau disebut
lesbianisme, lebih sulit dideteksi lebih awal. Anak perempuan lebih
leluasa melakukan apa yang biasanya dilakukan oleh anak laki-laki.
Anak perempuan dapat mengenakan celana pendek dan bermain
permainan anak laki-laki tanpa mengundang perhatian dan celaan
orang lain. Meskipun demikian tanda-tandanya masih dapat dilihat
melalui perbedaan fisik dan pergaulannya. Umumnya mereka bergaul
hanya dengan teman-teman perempuan dan kurang suka
bersosialisasi dengan anak laki-laki.
Pada tahap mana orang tua perlu waspada remaja
mereka terjerumus dalam praktek homo atau lesbian?
Remaja yang terus menerus bergaul dengan teman sejenisnya dan
kurang tertarik melakukan pergaulan dengan teman lawan jenisnya.
Teman dekat yang “cocok” memang wajar saja, tetapi orang tua harus
tetap waspada kalau mereka menjurus pada kecenderungan
homoseksual.
Pada titik ini, bila tidak segera dilakukan tindakan, mereka akan
terjebak menjadi homoseksual dan benar-benar tidak dapat tertarik lagi
pada lawan jenis. Jadi sebelum ini terjadi, orangtua dapat menolong
dengan memperluas pergaulan anak remaja mereka yang terbatas.
Orang tua perlu juga membesarkan hati anak remaja mereka dan
mengatakan bahwa mereka hanya sedang melewati satu tahap perkembangan.
Bagaimana sikap orang tua setelah mengetahui anak remajanya homoseksual?
Ada godaan yang sangat kuat di kalangan orangtua untuk menolak
anaknya yang abnormal. Namun demikian, memarahi dan mengusir
anak remaja yang abnormal bukanlah cara yang efektif.

Orangtua harus berusaha memahami:

♦ kebutuhan anak, apa yang diperoleh (atau yang terpuaskan)
ketika mereka menjalin hubungan dengan teman sejenis;
♦ berapa umur remaja ketika itu (ingat makin dini penanganan
semakin besar kemungkinan anak tersebut kembali normal);
♦ mengapa ia mulai tertarik pada hubungan semacam itu;
♦ kapan mulai tertarik;
♦ seberapa jauh hubungan itu?

Kapan orang tua harus mendekati anak remajanya
yang homoseksual?
Sejak dini lebih baik. Ketika baru mengetahui, orang tua biasanya
bereaksi negatif. Namun untuk menghindari perkembangan yang lebih
buruk, lebih baik orang tua secepatnya mengatasi perasaan negatifnya
(marah, sedih, bersalah dan lain sebagainya). Orang tua perlu
dibimbing untuk berpikir dan menyadari bahwa jauh lebih baik
mendekati kembali anak daripada menolaknya.
Sekali lagi, sangat penting bagi orangtua untuk menyatu dengan anak,
sesuatu yang sangat mendasar dalam hubungan orangtua-anak.
Yang penting, sejak awal orang tua mengikuti masalah anak. Semakin
awal mengetahui masalah anak, semakin mudah bagi anak untuk
berubah. Homoseksualitas selama remaja bisa jadi hanya fase yang
harus dilalui. Remaja bisa berhenti dan bisa juga tidak berhenti untuk
menjadi homoseksual seumur hidup.
Bantuan orang tua yang terus menerus, terkadang bisa membuat anak
yang cenderung homoseksual tumbuh menjadi orang dewasa yang
heteroseksual.
Apakah salah orang tua kalau anak remaja mereka
menjadi homoseksual?
Tak ada ayah atau ibu yang membesarkan anaknya menjadi
homoseksual. Tetapi terkadang karena masalah seksual atau masalah
emosi orang tua sendiri yang tak terselesaikan, tanpa disadari telah
mendorong anaknya menjadi homoseksualitas. Jadi penyuluh perlu
mengingatkan orang tua bahwa masalah seksual orang tua yang tidak segera diselesaikan dapat mempengaruhi perkembangan seksual
anak remaja mereka.
Sebagai contoh ibu di dalam rumahtangga yang selalu tertekan oleh
karena perlakukan ayah (sangat kasar) dapat saja mendorong remaja
perempuan membenci laki-laki dan lebih tertarik dengan perempuan
lainnya.
Bagaimana sebaiknya sikap orang tua agar anak tidak
menjadi homoseksual?
Anak laki-laki pasti akan jadi tumbuh menjadi laki-laki heteroseksual
bila ayah mereka mencintai anak laki-lakinya. Seorang ayah yang suka
mengajarkan dan mengajak anak laki-lakinya melakukan kegiatan dan
tugas-tugas yang biasa dilakukan laki-laki; dan yang selalu mendukung
gagasan dan kegiatan anak laki-lakinya adalah jaminan anaknya tidak
akan menjadi homoseksual.
Ayah yang menunjukkan kehangatan dan kepeduliannya terhadap
kesejahteraan anak laki-lakinya, serta ikut menikmati kegiatan
bersama anaknya, akan mengembangkan perasaan puas atas
perannya sebagai laki-laki. Kelak, anak laki-laki akan merasa nyaman
dengan lawan jenisnya.
Demikian pula sebaliknya hal yang sama seperti di atas perlu
dikembangkan oleh seorang ibu terhadap anak (remaja)
perempuannya.

Bagaimana jika orang tua terus menerus merasa
terganggu dengan keadaan anaknya yang
homoseksual?

Jika tidak yakin bagaimana menghadapi homoseksualitas anaknya
dengan cara mereka sendiri, maka orang tua harus segera mencari
bantuan profesional. Saat orang tua mengetahui anaknya
homoseksual, perasaan orang tua terhadap anaknya menjadi kacau,
sehingga orang tua tidak lagi dapat bersikap rasional terhadap anak
remajanya.
Keterlibatan seorang ahli dapat membantu orang tua menata kembali
perasaan mereka terhadap homoseksualitas dan anak-anak mereka.
Demi anak-anak mereka, perlu bagi orangtua yang kesulitan menerima
anak mereka yang homoseksual untuk benar-benar merasa nyaman
dengan homoseksualitas.

GENG:
MELINDUNGI ANAK REMAJA DARI PENGARUH
NEGATIF
Bagaimana anak remaja memandang teman-teman
sebaya dan sejenis?
Bagi remaja teman-teman seumur dan sejenis menjadi sangat penting.
Hal ini berlaku pada anak laki-laki maupun anak perempuan. Mereka
berpakaian sama, melakukan hal yang dilakukan juga oleh temanteman.
Bagi anak perempuan, teman adalah sumber informasi seks,
selain sumber informasi hal-hal lain. Sementara ‘geng’ anak laki-laki
merupakan sumber istilah-istilah seks.
Orangtua tidak boleh cemburu terhadap kedekatan hubungan anak
mereka dengan teman-temannya. Bagaiamanapun juga, anak-anak
masih mencari ayah dan ibunya jika perlu informasi yang dapat
dipercaya, khususnya jika keluarga telah terbiasa ngobrol-ngobrol soal
seks, seperti membicarakan hal-hal yang lain.
Mengapa remaja terkesan tidak lagi membutuhkan
orang tuanya juga mereka punya geng?
Karena mereka menganggap geng adalah segalanya yang dibutuhkan.
Teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat pada diri anak.
Namun demikian persetujuan orang tua tetap sangat perlu, karena
akan mengembangkan rasa percaya diri remaja.
Bagaimana sebaiknya sikap orang tua?
Karena orang tua cukup sukar terus mengikuti perkembangan geng,
maka sebaiknya orang tua tetap memperhatikan anak dan bukan
mengalihkan perhatian. Kewaspadaan tetap dijaga meskipun tidak selalu bersama teman-teman anaknya.
Beberapa hal berikut ini perlu dilakukan oleh orang tua:
♦ mengetahui siapa teman-teman anak mereka;
♦ mengetahui pendapat teman-teman anak mengenai apa yang
benar-salah, harus/perlu tidak harus/perlu;
♦ mencari tahu apa saja yang disukai dan apa cita-cita mereka;
♦ ke mana anak dan gengnya pergi, kegiatannya dan kapan anak
sampai rumah.

Perlu diingatkan kepada orang tua bahwa bagaimanapun aturanaturan
harus tetap ditegakkan diterapkan dengan tegas di rumah.
Namun demikian, dalam menangani hal di atas, kembali harus
dilakukan dengan memandang anak sebagai sahabat bukan secara
oritoter. Ajaklah anak untuk berdiskusi dan secara bersama-sama
menetapkan aturan-aturan
tertentu.
<b>Bagaimana caranya
agar orang tua tetap
dapat mengikuti
kegiatan anak remaja
dan gengnya?

Selain memberi
keleluasaan, orang tua juga
perlu menyeimbangkan
dengan disiplin. Orangtua
harus mendorong anak-anak mereka untuk mengajak teman-teman mereka main ke rumah sesering mungkin; teman-teman anak mereka
harus merasa benar-benar diterima.
Dengan cara itu, orang tua mengetahui pasti dimana anaknya berada
dan apa yang dilakukan. Untuk sedikit melonggarkan ikatan dengan
“geng mereka, orangtua harus juga melibatkan anak-anak mereka
merencanakan kegiatan keluarga.
Bagaimana bila anak menolak mengikuti kegiatan
(aturan) keluarga?
Orang tua perlu menyadari mengapa anak begitu. Terkadang anakanak
begitu tergantung pada gengnya. Lakukan diskusi terbuka
dengan anak. Hanya dengan menyadarkan anak tentang berbagai nilai
yang harus diikutinya bukan karena ia takut atau terpaksa maka akan
tumbuh kesadaran dalam diri anak (remaja) mana yang baik dan tidak
dan kemudian akan timbul keseimbangan dalam diri mereka tentang
kebutuhan akan geng dan keluarga.
Apa bahayanya geng pada anak remaja?
Ada anak merasa sangat terganggu bila mereka kurang dukungan dan
perhatian dari orang lain (dari teman-teman). Untuk itu, terkadang
anak-anak melakukan tindakan yang menyimpang, termasuk cobacoba
hubungan seks hanya sekedar agar dapat diterima dan disanjung
“geng”nya. Sesungguhnya mereka tidak mencari pengalaman seksual
tetapi dukungan dari “geng” melalui hubungan dengan lawan jenis.
Bila terjadi hal yang tidak diinginkan, dapatkah orang
tua menyalahkan teman-teman anaknya?
Tidak bisa. Salah satu kesalahan besar yang dilakukan oleh orangtua
adalah menyalahkan teman-teman anaknya. Hal ini hanya akan
mendorong anak lebih dekat pada teman-temannya. Dari pada terus bertanya-tanya dalam hati apakah anak masuk dalam kelompok yang
buruk, lebih baik orang tua berusaha memahami mengapa anak
memilih kelompok itu. Sekali lagi mendiskusikan secara terbuka
dengan anak merupakan jalan terbaik untuk mencari solusi.

0 komentar: